World Soccer

Sadar Buat Salah, Cesar Pulang Jalan Kaki 
Cesar mengekpresikan rasa bersalahnya dengan berjalan pulang dan meninggalkan mobilnya.


Inter Milan gagal meraih kemenangan saat menjamu Bayern Munich di leg pertama babak 16 besar Liga Champions, Kamis 24 Februari kemarin. La Beneamata kalah 0-1 di San Siro berkat gol tunggal Mario Gomez di menit 90.

Hasil ini membuat muram para pemain Inter. Tapi tak ada yang sampai semuram kiper Julio Cesar. Penjaga gawang Inter ini sadar kalau gol di menit-menit akhir itu merupakan kealpaannya dalam mengantisipasi bola Gomez.

Seperti dilansir The Independent, Cesar mengekpresikan rasa bersalahnya dengan berjalan pulang menuju rumah dan meninggalkan mobilnya di Stadion San Siro. Jarak antara rumah Cesar dengan stadion kandang Inter memang tidak terlalu jauh.

Sebelumnya, Cesar sudah minta maaf pada rekan-rekan dan pendukung timnya. Meski demikian, dukungan moril tetap ditunjukkan kubu Inter melalui Presiden Massimo Moratti. Orang nomor satu di Inter itu menyatakan kalau Cesar dan kawan-kawan masih punya peluang di leg kedua yang bakal digelar di kandang Munich.

"Kami akan memainkan satu pertandingan lagi. Kami masih bisa menang 1-0 saat bermain di kandang Munich. Artinya, kami masih mempunyai banyak peluang," ujar Moratti. 




 
Ancelotti Bantah Tukar Drogba dengan Kaka
Chelsea sudah punya Ramires, Torres, dan David Luiz.



Kabar pertukaran dua pemain kelas wahid, Didier Drogba dan Ricardo Kaka, terus berhembus kencang. The Blues rencananya akan menukar Drogba dengan Kaka pada musim panas nanti.

Namun kabar yang berhembus di media Spanyol dan Inggris itu rupanya cuma kabar burung belaka. Manajer Chelsea, Carlo Ancelotti, dengan tegas membantah akan melakukan pertukaran.

Menurut manajer asal Italia itu, Chelsea saat ini sudah mempunyai pemain yang mumpuni. "Apakah saya akan meminta kepada (Roman) Abramovich untuk mendatangkan Kaka, (Alexandre) Pato atau (Andrea) Pirlo? Kami sudah punya Ramires, Torres, dan David Luiz," kata Ancelotti kepada La Repubblica.

Kabar pertukaran Drogba berhembus kencang menyusul kedatangan striker anyar, Fernando Torres di Stamford Bridge. Tidak itu saja, kabar pertukaran itu juga dikaitkan kedekatan hubungan Drogba dengan pelatih Real Madrid Jose Mourinho.

Dalam beberapa pekan terakhir ini, Chelsea memang terus dikait-kaitkan dengan pemain top dunia. Selain Kaka, ada nama Pato dan Pirlo yang terus dikaitkan dengan The Blues.

Khusus untuk Pato, Wakil Presiden AC Millan, Adriano Galliani, sudah menegaskan tidak akan menjual pemain asal Brasil tersebut. Bahkan, sang bos dari Milan itu sudah memperingatkan Chelsea untuk tidak mendekati Pato.

"Pato sangat penting bagi Milan dan ia akan tetap di sini," kata Galliani seperti dilansir dari Tribal Football.

Nama Pato sejak musim lalu memang santer terdengar akan hijrah ke Inggris dan Spanyol. Namun, rumor itu terbantahkan setelah Pato musim ini tetap bermain untuk Rossoneri.

Sementara Pirlo diterpa isu akan meninggalkan San Siro pasca belum diperpanjang kontraknya yang akan habis akhir musim panas ini. Selain Chelsea, Juventus dan Barcelona kabarnya juga berminat dengan gelandang asal Italia tersebut.





Giggs: Arsenal Bisa Menyakiti MU
Arsenal hanya terpaut satu trofi Piala FA dari MU.
VIVAnews - Pertarungan Manchester United (MU) melawan Arsenal tidak hanya di kompetisi Liga Inggris. Akhir pekan ini, dua klub besar Inggris itu akan berjibaku dalam babak perempat final Piala FA, Minggu, 13 Maret 2011.

Rivalitas kedua tim di ajang Piala FA sering terjadi. The Gunners sejauh ini telah mengoleksi trofi Piala FA sebanyak 10 kali yaitu pada tahun 1930, 1936, 1950, 1971, 1979, 1993, 1998, 2002, 2003,  dan 2005. Sedangkan MU sebanyak 11 kali yaitu musim 1908–09, 1947–48, 1962–63, 1976–77, 1982–83, 1984–85, 1989–90, 1993–94, 1995–96, 1998–99, dan 2003–04.

Arsenal hanya terpaut satu trofi dari MU. Namun, bukan berarti Arsenal tim lemah jika dibandingkan dengan The Red Devils. Bagi pemain senior MU, Ryan Giggs, Arsenal kali ini bisa menjadi batu sandungan bagi timnya.

"Arsenal musim ini memiliki pemain yang bagus. Mereka mempunya tim yang bisa menyakiti Anda. Dan kami sadar akan hal itu," kata Giggs seperti dilansir dari Tribal Football.

Manajer Sir Alex Ferguson sendiri juga menyadari betapa bahayanya tim rivalnya itu. "Mereka bisa menjadi penghalang bagi ambisi kami untuk melangkah ke babak selanjutnya," ujar Ferguson.

Dari 13 kali pertemuan di ajang Piala FA, MU sedikit lebih unggul. MU tercatat menang enam kali dan seri dua kali. Sedangkan Arsenal tercatat pernah mengalahkan MU sebanyak lima kali di ajang yang sama.

Kedua tim sama-sama sedang terluka. Arsenal satu hari sebelumnya berduka karena tersingkir dari ajang Liga Champions musim ini. The Gunners tersingkir setelah kalah agregat dari Barcelona, 4-3.

Pertemuan MU melawan Arsenal di Piala FA


1. 2008
Putaran kelima: MU 4-0 Arsenal

2. 2005
Final: MU 0-0 Arsenal (laga ini berakhir dengan adu penalti dan dimenangkan oleh Arsenal).

3. 2004
Semifinal: Arsenal 0-1 MU

4. 2003
Putaran kelima: MU 0-2 Arsenal
5. 1999
Semifinal: Arsenal 0-0 MU
Semifinal (Replay): Arsenal 1-2 MU (kemenangan MU ini setelah melalui perpanjangan waktu)
6. 1998
Putaran kelima: Arsenal 2-1 MU

7. 1983
Semifinal: MU 2-1 Arsenal

8. 1979
Final: Arsenal 3-2 MU

9. 1962
Putaran keempat: MU 1-0 Arsenal

10. 1951
Putaran kelima: MU 1-0 Arsenal

11. 1937
Putaran keempat: Arsenal 5-0 MU

12. 1906
Putaran keempat: MU 2-3 Arsenal




10 Legenda Sepak Bola Dunia


Turnamen Piala Dunia selalu memunculkan pemain-pemain hebat, tapi tidak semua pemain hebat tersebut dapat menjadi legenda. Berikut ini adalah sepuluh pemain hebat yang pantas disebut sebagai legenda sepakbola dan akan terus dikenang sepanjang masa.
1. Pele (Brasil)
Pele pertama kali muncul di Piala Dunia pada tahun 1958 sebagai pemain muda berumur 17 tahun. Dia mencetak gol pertamanya di Piala Dunia ketika bermain melawan Wales di perempat-final, pertandingan keduanya di Piala Dunia. Saat usianya baru menginjak 17 tahun 239 hari, Pele dinobatkan sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Dunia. Kehebatan Pele semakin terlihat ketika mencetak hattrick di pertandingan semi final melawan Prancis. Sampai sekarang, Piala Dunia 1958 di Swedia dikenang sebagai awal karier sang legenda. Tak berlebihan rasanya jika FIFA sampai menjulukinya sebagai King of Football.
Pernah mencetak delapan gol dalam satu pertandingan pada tahun 1964, Pele juga mencatatkan diri sebagai pemain yang pernah enam kali mencetak lima gol dalam satu pertandingan, 30 kali quattrick, dan tak kurang dari 92 kali hattrick. Sepanjang kariernya, Pele membukukan 1.281 gol dalam 1.363 pertandingan.
2. Diego Armando Maradona (Argentina)
Rasanya tak ada satupun pemain sepakbola selain Maradona yang dipuja layaknya Tuhan. Bagi sebagian besar orang, Maradona merupakan pemain terhebat sepanjang masa dan bukannya Pele, yang mendapatkan gelar tersebut secara resmi oleh FIFA.
Walaupun hidupnya dipenuhi kontroversi, mulai dari gol Tangan Tuhan, kecanduan alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang, hingga akhirnya harus diusir dari Piala Dunia 1994, Maradona selalu dipuja oleh penggemarnya.
Piala Dunia Meksiko 1986 merupakan momen terbaiknya dengan beberapa momen yang tak mungkin terlupakan. Momen terbaiknya tentu saja ketika Maradona mendribel bola dari tengah lapangan melewati lima pemain Inggris sebelum akhirnya mencetak sebuah gol yang kelak disebut sebagai gol terbaik sepanjang masa.
Gol yang dicetak ketika melawan Inggris di perempat final Piala Dunia 1986 tersebut begitu indah, dan momen itu adalah yang terbaik dalam kariernya yang membuatnya dianggap Tuhan oleh sebagian orang Argentina yang mendirikan Gereja Maradona.
Semua orang akan selalu mengingat kata-kata yang diucapkan sambil menangis oleh komentator Victor Hugo Morales ketika terjadi gol terindah sepanjang masa itu, “Gracias, Dios. Por el futbol, por Maradona, por estas lagrimas.. (Terima kasih Tuhan, untuk sepakbola, untuk Maradona, dan untuk airmata ini..)”
3. Franz Beckenbauer (Jerman)
Dalam sejarah, hanya ada dua orang yang berhasil meraih gelar Piala Dunia sebagai pemain maupun pelatih, yaitu Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer. Beckenbauer yang dijuluki Der Kaizer atau sang Kaisar lebih melegenda karena dia dianggap sebagai pemain belakang terbaik dalam sejarah ketika menjadi pemain.
Beckenbauer sukses memimpin Jerman Barat menjadi juara Piala Dunia 1974, hanya tiga tahun setelah dipilih sebagai kapten tim. Di Piala Dunia terakhirnya ini pula Beckenbauer tercatat sebagai kapten pertama yang mengangkat Piala Dunia dengan desain yang terbaru, menggantikan piala Jules Rimet yang dimiliki secara permanen oleh Brasil pada 1970.
Pada Piala Dunia 1990 di Italia, Beckenbauer kembali mengangkat Piala Dunia, kali ini sebagai pelatih timnas Jerman. Sebelumnya di Piala Dunia 1986, Beckenbauer juga sukses membawa Jerman ke final hingga akhirnya dikalahkan oleh Argentina dengan sang ikonnya, Diego Maradona. Rasanya prestasi sang legenda akan sulit diulang oleh orang Jerman manapun, entah sampai kapan.
4. Johan Cruyff (Belanda)
Jika ada pertanyaan siapakah legenda terbesar Belanda di Piala Dunia, jawaban yang paling tepat tentu bukan Marco van Basten atau Ruud Gullit, tetapi Johan Cruyff. Cruyff memang tidak pernah membawa Belanda menjuarai satu turnamen pun sepanjang kariernya. Kesuksesan terbesarnya hanya membawa timnya menjadi runner-up Piala Dunia 1974, satu-satunya Piala Dunia sepanjang kariernya.
Namun, kehadirannya di turnamen itu dan kesuksesannya memimpin Belanda ke tempat tertinggi dalam sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia dengan permainan total football yang sangat dahsyat itu membuat sosok Cruyff rasanya layak disandingkan dengan legenda-legenda seperti Pele, Diego Maradona, dan Franz Beckenbauer.
Visinya yang luar biasa dan kreatifitasnya sebagai playmaker tim Oranje membawa Cruyff menjadi salah satu pemain terbesar Piala Dunia. Total Football, permainan menyerang yang sangat indah yang diusung Belanda di 1974 itu memang yang membantunya melegenda hingga saat ini. Dia adalah legenda terbesar Belanda sampai saat ini, dan total football yang dipimpinnya tak akan pernah terlupakan.
5. Michel Platini (Prancis)
Tahukah Anda, Prancis gagal tampil di dua Piala Dunia berturut-turut, yaitu 1970 dan 1974? Ya, tim ayam jago ini memang selalu gagal lolos ke babak final Piala Dunia sejak 1966, hingga akhirnya seorang Michel Platini yang mengenakan nomor punggung 10 dan berperan sebagai playmaker di timnas Perancis membawa negaranya kembali lolos ke Piala Dunia pada tahun 1978.
Platini pula yang membawa Prancis meraih prestasi cukup membanggakan di dua Piala Dunia selanjutnya, yaitu Piala Dunia 1982 dan Piala Dunia 1986. Dengan kemampuannya membaca permainan, teknik tinggi, dan ketajamannya di depan gawang lawan, Platini membawa Perancis meraih posisi keempat Piala Dunia 1982 dan peringkat ketiga Piala Dunia 1986.
Sejak kehadiran Platini pula Prancis diperhitungkan sebagai salah satu tim berbahaya di daratan Eropa, apalagi setelah keberhasilannya membawa Perancis menjadi juara Eropa pada tahun 1984. Walaupun Platini tidak berhasil mengangkat gelar Piala Dunia sepanjang kariernya, namun Platini tetap dianggap sebagai salah satu pemain legendaris Piala Dunia.
6. Ferenc Puskas (Hungaria)
Ferenc Puskas adalah pemain terbaik yang pernah dimiliki Hungaria, sang penguasa sepak bola dunia pada awal 1950-an. Tim yang saat itu berjuluk “Magical Magyars” ini adalah salah satu tim terbaik yang pernah ada di dunia, namun sayangnya tak pernah menjuarai Piala Dunia.
Satu-satunya Piala Dunia yang diikuti Puskas bersama Hungaria adalah Piala Dunia 1954 di Swiss. Pada saat itu, Hungaria adalah salah satu tim favorit juara. Kekuatan utama Hungaria pada saat itu adalah lini depannya yang menakutkan, terutama sang bintang Ferenc Puskas.
Walaupun tubuhnya pendek kekar dan kurang kuat di udara, catatan golnya bersama tim nasional benar-benar luar biasa, 83 gol dari 84 penampilan.
Pada Piala Dunia 1954 itu, Hungaria berhasil mencapai final dan menantang Jerman yang pada penyisihan dikalahkan 8-3. Hampir semua orang yakin Hungariaakan menang mudah pada partai final ini. Namun, pada kenyataannya mereka harus menerima kekalahan 3-2 walaupun telah unggul dua gol terlebih dahulu di awal pertandingan.
Puskas yang pada pertandingan itu belum 100 persen fit karena cedera berhasil mencetak satu gol. Walaupun harus menelan kegagalan besar itu, Hungaria harus bangga karena Puskas diakui sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah Piala Dunia.
7. Ronaldo (Brasil)
Inilah striker terbaik yang dimiliki Brasil dalam dua dekade terakhir. Ronaldo Luis Nazario de Lima atau yang biasa disebut Ronaldo adalah pemegang rekor pencetak gol terbanyak di Piala Dunia hingga saat ini.
Pertama kali muncul di Piala Dunia 1994 sebagai seorang anak muda berumur 17 tahun, Ronaldo mencapai puncak kejayaannya di Piala Dunia pada tahun 2002 ketika Brasil sukses menjadi juara dunia untuk kali kelima. Ronaldo menjadi bintang turnamen, mencatatkan delapan gol untuk mendapatkan sepatu emas yang merupakan simbol pencetak gol terbanyak.
Ronaldo mencatatkan namanya dalam sejarah Piala Dunia ketika mencetak satu gol di pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2006 Brasil melawan Ghana. Gol tersebut merupakan gol ke-15 Ronaldo di Piala Dunia, memecahkan rekor 14 gol Gerd Mueller yang telah bertahan selama lebih dari tiga dekade.
Selain itu, dirinya tercatat sebagai pemain ke 20 yang mampu mencetak gol di tiga kesempatan Piala Dunia, dan pemain kedua setelah Juergen Klinsmann yang mampu mencetak minimal tiga gol dalam masing-masing Piala Dunia di tiga kesempatan. Tak salah jika orang menjulukinya sebagai sang Fenomena.
8. Lothar Matthaeus (Jerman)
Lothar Matthaeus adalah pemegang rekor penampilan terbanyak di Piala Dunia, yakni 25 pertandingan dalam lima Piala Dunia berturut-turut. Dia adalah satu-satunya pemain, selain kiper Mexico Antonio Carbajal, yang mampu bermain di lima Piala Dunia sepanjang kariernya.
Walaupun perannya tidak terlalu terasa di Piala Dunia 1982, Matthaus menjadi pemain penting bagi Jerman di Piala Dunia 1986. Beckenbauer yang saat itu menjadi pelatih mempercayakan satu posisi di lini tengah Jerman diisi oleh Matthaeus, yang saat itu bahu-membahu bersama Felix Magath di posisi tersebut.
Jerman berhasil dibawanya melaju ke final sebelum akhirnya dihancurkan Argentina 3-2. Mengecewakan memang, tetapi itulah awal kesuksesan besar Matthaeus. Menjadi kapten sejak tahun 1987, Matthaeus sukses membawa Jerman menjadi juara di Piala Dunia 1990.
Sukses Jerman ini tak lepas dari peran sentral Matthaeus di lini tengah, dan hasilnya Matthaeus diganjar berbagai penghargaan individual, seperti Pemain Terbaik Jerman 1990, Pemain Terbaik Eropa 1990, dan Pemain Terbaik Dunia 1990. Satu tahun kemudian, dia menjadi pemain pertama yang meraih FIFA World Player.
9. Eusebio (Portugal)
Jauh sebelum era Luis Figo apalagi Cristiano Ronaldo, Portugal memiliki seorang legenda bernama Eusebio. Kelebihan pemain yang berjuluk Black Panther ini adalah akselerasi dan dribelnya yang seperti kucing, ditambah lagi dengan kemampuannya dalam menembak bola ke gawang.
Terlahir di Mozambik, Eusebio dapat disebut sebagai pemain terhebat yang pernah dimiliki Portugal sampai saat ini berkat penampilan gemilangnya di Piala Dunia 1966. Eusebio membawa Portugal meraih posisi ketiga di akhir turnamen sekaligus mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak turnamen tersebut, sehingga berhak membawa pulang sepatu emas. Berkat sembilan gol yang dicetaknya sepanjang Piala Dunia 1966 itu pula membuatnya mendapatkan gelar pemain terbaik di turnamen tersebut.
Momen terbaiknya tentu saja terjadi di pertandingan melawan Korea Utara di babak perempat-final. Tertinggal tiga gol terlebih dahulu, Portugal akhirnya bangkit lewat empat gol yang dicetak Eusebio hingga akhirnya mampu menang 5-3 di akhir pertandingan.
“Piala Dunia 1966 merupakan titik tertinggi dalam karier saya. Kami mungkin kalah di semi final, namun sepakbola Portugal adalah pemenang besar,” ujar sang legenda.
10. Bobby Charlton (Inggris)
Bobby Charlton adalah ksatria sejati Inggris. Mungkin jika Charlton tidak pernah ada, Inggris juga tidak akan pernah menjuarai satupun turnamen internasional. Ya, gelar Piala Dunia 1966 yang diraih Inggris memang tidak lepas dari peran penting Bobby Charlton di lini depan.
Dengan tinggi hanya 173 cm, Charlton sangat mengandalkan kecepatannya untuk memimpin penyerangan Inggris di Piala Dunia 1966. Tidak hanya mampu mendistribusikan bola dengan luar biasa, Bobby Charlton juga memiliki insting mencetak gol yang luar biasa. Rekor 49 gol dalam 105 penampilan bersama Inggris masih menjadi rekor gol terbanyak dalam sejarah Inggris, yang bahkan tidak mampu disamai oleh Gary Lineker sekalipun.
Charlton berpartisipasi di empat Piala Dunia. Walaupun tidak diturunkan sama sekali di Piala Dunia 1958, Bobby Charlton menjadi tumpuan timnas Inggris di tiga Piala Dunia selanjutnya. Puncaknya tentu saja ketika Charlton membawa Inggris menjadi juara Piala Dunia pada tahun 1966. Saat itu Charlton berumur 28 tahun, umur emas bagi seorang pesepakbola.
Di final melawan Jerman, Charlton harus bertarung melawan Beckenbauer muda, yang akhirnya harus mengakui kehebatan Sir Bobby. “Inggris mampu mengalahkan kami di 1966 karena Charlton hanya sedikit lebih baik daripada saya pada saat itu,” puji Sang Kaisar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More